Tentang Desa Lansot
Sejarah dan perjalanan Desa Lansot dari masa ke masa
Desa Lansot didirikan pada tahun 1560 oleh tiga orang Tonaas (pemimpin tradisional) yang bernama Maabe, Seke, dan Pisek. Ketiga tokoh ini memiliki peran penting dalam pembentukan dan pengembangan awal desa.
Para pendiri ini memilih lokasi yang strategis untuk membangun pemukiman yang kemudian berkembang menjadi Desa Lansot seperti yang kita kenal sekarang. Mereka membangun fondasi kehidupan bermasyarakat yang harmonis dan berkelanjutan.
Nama "Lansot" berasal dari kata "Langsot" yang memiliki makna historis dalam bahasa lokal. Nama ini dipilih berdasarkan karakteristik geografis dan kondisi alam di wilayah tersebut pada masa awal pembentukan desa.
Seiring berjalannya waktu, penyebutan "Langsot" berubah menjadi "Lansot" sebagaimana yang digunakan hingga saat ini. Perubahan ini terjadi secara alami dalam perkembangan bahasa dan budaya masyarakat setempat.
Penduduk Desa Lansot berasal dari sekelompok orang yang datang dari arah timur meninggalkan tempat bermukimnya akibat suatu bencana permukaan tanah yang ambruk (menurut cerita turun temurun berasal dari Kiawa) dan melakukan perjalanannya ke arah barat, sehingga tiba di suatu tempat yang layak untuk dijadikan permukiman baru tepatnya sekarang dinamakan perkebunan Kawiley.
Namun di tempat ini mereka diserang penyakit kulit sehingga mereka kembali berpindah tempat ke arah utara menyeberang Sungai Tu'unan sebagai ritual untuk membersihkan diri dari penyakit kulit ke tempat yang sekarang dinamakan Lansot. Perpindahan ini terjadi pada tahun 1664 saat berkecamuknya perang Minahasa-Spanyol.
Nama Lansot diambil dari nama buah Lansat, karena ketika para Tonaas sedang bermusyawarah buah Lansat jatuh di tengah-tengah Tonaas sehingga mereka bersepakat untuk menamakan permukiman baru mereka dengan Lansot, dan nama tersebut sampai saat ini diabadikan sebagai nama Desa.
Dalam perjalanan sejarahnya, Desa Lansot pernah mengalami relokasi akibat bencana alam yang melanda wilayah tersebut. Peristiwa ini menjadi titik balik penting dalam sejarah desa, di mana masyarakat harus berpindah ke lokasi yang lebih aman.
Meskipun menghadapi tantangan berat, masyarakat Desa Lansot berhasil membangun kembali kehidupan mereka di lokasi baru dengan tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal yang telah diwariskan oleh para pendahulu.
Pada awal tahun 2010 dengan melihat perkembangan desa dan pelayanan masyarakat maka melalui Musyawarah Desa disepakati untuk dimekarkan. Proses pemekaran ini terealisasi pada tanggal 13 Oktober 2011 melalui Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Minahasa Selatan.
Pemekaran Desa Lansot dengan Desa Lansot Timur dilakukan melalui Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2011 tentang Penetapan Desa Lansot Timur dan enam desa pemekaran lainnya.
Saat ini, Desa Lansot telah berkembang menjadi sebuah desa yang modern namun tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional. Dengan jumlah penduduk 851 jiwa, desa ini terus berbenah dalam berbagai aspek pembangunan.
Desa Lansot kini memiliki berbagai fasilitas modern seperti Puskesmas, sekolah, dan infrastruktur yang memadai. Masyarakat desa juga aktif dalam berbagai kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya yang mendukung kemajuan desa.